Gerbang Nasional

Tingkatkan Kualitas, Kementan Identifikasi Komoditas Ekspor Perkebunan Yang Diminati Pasar Global

Selasa, 06 Agu 2024
Sumber Gambar : doc im

[JAKARTA] Kebijakan dan program Kementan tidak hanya berhasil meningkatkan produksi, tetapi juga meningkatkan nilai ekspor. Hasilnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dapat membangun perubahan yang membanggakan.

Karena itu Kementerian Pertanian terus mendorong pertumbuhan ekspor khususnya hasil perkebunan. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan program pemberian bibit unggul sebesar 500 juta batang dalam kurun lima tahun ke depan.

Bibit Bun-500 itu diyakini akan menumbuhkan nilai ekspor di sektor pertanian dari komoditas perkebunan.  Dan tentu berharap selain penumbuhan ekspor yang tinggi akan berdampak terhadap pendapatan petani. Menteri Pertanian Amran memperkirakan pendapatan petani (dengan adanya Bun 500) bisa meningkat Rp 1.000 triliun per tahun.

Untuk mencapai pertumbuhan ekspor perkebunan yang lebih ekspansif, Kementan melakukan identifikasi terhadap sejumlah komoditas ekspor perkebunan yang diminati pasar global. Adapun bibit unggul pilihan yang diprioritaskan antara lain kopi, lada, cengkeh, pala, kakao, karet, kelapa dalam, tebu, teh, dan jambu mete.

Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa komoditas perkebunan merupakan komoditas yang mengharumkan nama bangsa karena merupakan komoditas ekspor.

“Komoditas perkebunan harus memenuhi skala ekonomi, luasan tanah perkebunan, kita harus bersaing dengan negara tetangga”, ujar Dedi Nursyamsi.

Lebih lanjut Dedi Nursyamsi mengatakan pembangunan pertanian di mulai dari benih dan bibit yang unggul dan juga bibit berkualitas.

Sementara itu agenda Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 24, Selasa (06/08/2024) bertemakan Pengolahan Hasil Perkebunan Untuk Peningkatan Nilai Tambah, dengan narasumber Nurhidayah Didu, Direktorat PPH Perkebunan, Ditjen Perkebunan.

Didu mengatakan Perkebunan merupakan subsektor yang berkontribusi tinggi terhadap perekonomian nasional. Sebagai sumber devisa negara, sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja, terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, mendorong agribisnis dan agroindustri.

“Adapun nilai tambah (value added) pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pascapanen, proses pengolahan, pengangkutan atau penyimpanan dalam suatu produksi. Analisis nilai tambah dapat digunakan untuk mengitung faktor konversi, dengan cara membuat perbandingan antara jumlah kebutuhan bahan baku dan jumlah produk yang dihasilkan serta membuat perbandingan antara hasil dengan bahan yang dipakai”. ujar Didu.

Didu menjelaskan bahwa pascapanen perkebunan merupakan tahap penanganan hasil tanaman perkebunan segera setelah pemanenan, pengolahan hasil perkebunan yaitu serangkaian kegiatan tahap lanjutan dari proses pascapanen, mengolah hasil tanaman perkebunan menjadi produk olahan untuk memenuhi standar mutu produk dan mempunyai nilai tambah yang tinggi.

“Beberapa komoditas tanaman perkebunan yang diolah lebih lanjut dan menghasilkan nilai tambah diantaranya kopi, kakao, kelapa, pala, lada, sagu, teh, lada dan pala. Sedangkan hasil olahan produk perkebunan yaitu kopi bubuk, coklat bubuk, coklat batang, minyak kelapa, gula semut, tepung, dll.” imbuhnya.hvy

 

 

 

 

 

PENGUNJUNG

2761

HARI INI

5294

KEMARIN

72098890

TOTAL
Copyright © cybext.pertanian.go.id
rss twitter facebook