Ngobras Vol 12, 15 April 2025
Jakarta — Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak seluruh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Indonesia untuk berperan aktif dalam mempercepat tercapainya swasembada pangan nasional. Ajakan ini disampaikan dalam rangka mendorong peningkatan produktivitas dan luas tanam di tengah tantangan pertanian yang semakin kompleks.
Dalam arahannya, Mentan menekankan tiga langkah utama yang harus dilakukan PPL untuk mendukung swasembada, yaitu meningkatkan produktivitas pertanian, meningkatkan indeks pertanaman (IP), dan memperluas luas tambah tanam (LTT).
“Tiga langkah ini telah terbukti berhasil membawa Indonesia mencapai swasembada beras pada masa lalu. Sekarang saatnya kita bangkit bersama. Presiden Prabowo Subianto telah memberikan perhatian khusus agar swasembada beras dapat tercapai dalam waktu cepat,” tegas Mentan.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menambahkan bahwa kesuksesan program ini bergantung pada sinergi seluruh pihak, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Fokus utama Kementerian Pertanian saat ini adalah meningkatkan indeks pertanaman, dari satu kali tanam (IP 100) menjadi dua kali tanam (IP 200) dalam satu tahun. Hal ini diangkat dalam kegiatan “Ngobrol Asyik Bersama Petani” (Ngobras) volume 12 yang digelar pada Selasa (15/4), mengusung tema “Peningkatan Indeks Pertanaman, Solusi Naikkan Produktivitas Padi”. Acara ini menghadirkan narasumber Idrus Hasmi dari Balai Besar Perakitan dan Modernisasi Tanaman Padi.
Dalam paparannya, Idrus menjelaskan empat pola tanam sebagai solusi untuk meningkatkan IP, termasuk pemilihan varietas padi sesuai musim. Pada musim hujan digunakan varietas yang telah ada, sementara musim kemarau menggunakan varietas genjah tahan kekeringan. Indonesia saat ini memiliki luas baku sawah sebesar 7,38 juta hektare, dan Balai Besar telah merilis 313 varietas padi untuk berbagai agro-ekosistem, seperti sawah, lahan kering (gogo), dan rawa.
Namun, dari ratusan varietas unggul tersebut, baru kurang dari 10 persen yang ditanam di lapangan. Untuk itu, Kementan mendorong penguatan program Desa Mandiri Benih agar petani dapat menjadi penangkar benih secara mandiri.
Kementerian Pertanian juga terus memperkenalkan inovasi teknologi, seperti metode tanam jajar legowo super dan teknologi Largo Super untuk pengembangan padi lahan kering. Selain itu, pengelolaan air dan tata niaga pertanian juga menjadi perhatian penting. Tinggi muka air, teknik pengolahan tanah, serta waktu pemberian pupuk organik yang tepat menjadi faktor penentu dalam mendongkrak hasil panen.
Di sisi produksi, Kementan memperkirakan produksi beras mencapai 13 juta ton pada periode Maret–Mei 2025. Penelitian menunjukkan potensi tanam dua kali dalam setahun dengan varietas umur pendek (75–90 hari) bisa menghasilkan total produksi hingga 24 ton per hektare per tahun.
Meski demikian, tantangan masih ada. Ledakan hama seperti tikus, burung, dan penyakit seperti HDB pada musim hujan perlu diwaspadai. Menurut Kementan, pengendalian yang efektif membutuhkan pendekatan terpadu, termasuk melalui manajemen korporasi petani dan pengelolaan lahan yang lebih efisien.
Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, penyuluh, dan petani, diharapkan swasembada pangan bukan hanya menjadi target, tetapi juga kenyataan yang segera terwujud untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
REDAKSI
Tentang KamiKontak