Published on Cyber Extension - Pusluhtan Kementan
(http://cybex.pertanian.go.id)
email sekretariat : cyberextension@gmail.com

Budidaya Padi Rawa Lebak

Sumber Gambar: Medcom.id

Topografi lahan rawa lebak secara umum hampir datar (flat) dengan lereng 1-2%, secara berangsur menurun membentuk cekungan (basin) ke arah wilayah rawa belakang dan bagian tengah menempati posisi paling rendah. Rawa lebak terbentuk akibat proses aluvial, terjadi pengendapan bahan-bahan halus, kasar, atau organik. Posisi rawa lebak umumnya di pedalaman dan di belakang rawa pasang surut, sehingga lahan ini tidak terkena pengaruh air pasang surut langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan sifat dan ekologinya, rawa lebak memiliki banyak potensi yang harus digali khususnya dalam kaitan dengan pemenuhan kebutuhan pangan. Secara umum lahan rawa lebak lebih subur dibandingkan dengan lahan pasang surut, karena lahan rawa lebak umumnya tidak bermasalah dengan bahan sulfidik (pirit).

Faktor air memegang peranan penting dalam penentuan potensi lahan rawa lebak. Keberadaan air di lahan rawa lebak tergantung musim, pada musim hujan seluruh lahan rawa lebak tergenang, sedangkan pada musim kemarau secara berangsur-angsur lahan mulai surut airnya. Dengan demikian, potensi lahan rawa lebak dipengaruhi dan tergantung dengan kondisi air (Noorginayuwati dan Rina, 2006). Lahan rawa lebak memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibandingkan dengan lahan-lahan yang lain. Salah satu potensi lahan rawa lebak adalah pemanfaatannya sebagai lahan pertanian. Secara umum, pertanian yang dapat dilakukan di lahan rawa lebak adalah pertanian tanaman padi, palawija, dan hortikultura. Pola tanam dan jenis komoditas yang dapat dikembangkan di lahan rawa lebak sangat tergantung kepada tipologi lahannya. Tipologi yang dimaksud meliputi rawa lebak dangkal, rawa lebak tengahan, dan rawa lebak dalam.

Rincian tipologi rawa lebak dan potensinya sebagai berikut: a. Lahan rawa lebak pematang (dangkal). Lahan rawa lebak ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura (sayuran) secara monokultur atau tumpangsari. Pola tanam yang dapat diterapkan pada lahan rawa lebak ini adalah padi-padi atau padi-palawija+hortikultura atau padi-hortikultura. Untuk pemanfaatan lahan rawa lebak sebagai sawah, dapat ditanami pada musim kemarau dan juga pada musim penghujan. Pada musim kemarau disebut dengan sawah timur, sawah ditanami padi yang memiliki umur yang pendek. Palawija, sayuran, dan buah-buahan juga sering ditanam pada lahan rawa lebak dengan pola tanam tumpangsari dengan sistem surjan. Pada sistem surjan, komoditas palawija, buah, dan atau sayur ditanam di bagian yang tinggi (guludan). Pada bagian ledokan (yang tergenang air) ditanami padi. Pada musim kemarau, lebak dangkal menjadi kering sehingga ditanami sayuran, palawija,dan buah-buahan. Buah yang ditanam pada ledokan ini adalah jenis buah yang semusim seperti semangka atau melon. b. Lahan rawa lebak tengahan. Lahan rawa lebak ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura (sayuran) secara monokultur atau tumpangsari. Pola tanam yang dapat diterapkan pada lahan rawa lebak ini adalah padipadi atau padi-palawija+hortikultura. Pada musim hujan, lahan rawa lebak tengahan sampai dalam tergenang lebih dari 100 cm, sehingga disebut dengan sawah barat. Sawah barat harus ditanami padi surung (deep water rice) pada akhir musim kemarau dan dipanen pada musim hujan (genangan 100-150 cm). Varietas padi yang termasuk jenis padi surung adalah Alabio, Tapus, Nagara, termasuk padi yang di kenal dengan nama hiyang. c. Lahan rawa lebak dalam. Pemanfaatan rawa lebak ini tergantung pada ketinggian muka air, apabila masih memungkinkan untuk budidaya tanaman pangan lahan basah, maka lahan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan padi, baik padi biasa maupun padi lebak, tetapi apabila tidak memungkinkan, maka lahan rawa lebak tersebut difungsikan sebagai kawasan konservasi air. Padi menjadi tanaman pangan utama yang dibudidayakan di lahan rawa lebak.

Berdasarkan ketinggiannya dari muka laut, lahan rawa lebak bertanah mineral potensial untuk padi sawah dibedakan menjadi dataran rendah dan dataran tinggi, seperti yang disajikan dalam Tabel 5. Lahan rawa lebak bertanah mineral yang potensial untuk padi sawah untuk dataran rendah meliputi 8.845.968 ha atau 99,57%, sedangkan untuk dataran tinggi (>700 m dpl) hanya mencakup areal sekitar 37.927 ha atau 0,43%. Lahan rawa lebak bertanah mineral potensial untuk padi sawah terluas terdapat di Sumatera, kemudian Kalimantan dan Papua. Di Jawa dan Bali serta Nusa Tenggara tidak ada lahan rawa lebak potensial untuk padi sawah, sedangkan di Kalimantan dan Maluku hanya terdapat lahan rawa lebak bertanah mineral potensial untuk padi sawah di dataran rendah saja.

Sistem tanam padi di lahan rawa lebak sangat beragam tergantung pada keadaan musim dan ketinggian genangan di lahan. Bila pelaksanaan tanam dilakukan saat:

- musim hujan atau menjelang akhir musim hujan maka disebut sistem sawah.

- musim kemarau tapi masih ada hujan dengan air yang cukup tersedia maka disebut sistem gogo.

- akhir musim kemarau atau awal musim hujan disebut sistem gogo rancah.

- akhir musim hujan menjelang musim kemarau maka disebut sistem rancah gogo.

 

Tahapan Budidaya Padi Rawa Lebak, sebagai berikut :

1. Persiapan lahan

Salah satu tantangan dalam budi daya padi di lahan rawa adalah menghindari kebanjiran saat musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Oleh karena itu, penentuan waktu tanam, pemilihan varietas, pemupukan, dan tata kelola air penting diperhatikan.

Pengelolaan air dilakukan untuk menjaga lahan rawa lebak tidak kebanjiran atau kekeringan selama masa tanam. Penggunaan tanggul keliling (folder) dan pompa air yang berfungsi mengeluarkan dan memasukkan air ke lahan. Melalui Balitbangtan, Kementan telah mengembangkan aplikasi perangkat lunak yang Bernama “Katam Rawa” (Kalender Tanam Rawa) yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mempersiapkan lahan dan kebutuhan lainnya guna menunjang produksi pertanian

 

2. Perlakuan untuk Lahan Rawa

Gulma menjadi masalah dalam penyiapan lahan rawa lebak. Gulma diatasi menggunakan herbisida yang diaplikasikan melalui traktor kura-kura (hydrotiller). Pengaplikasian herbisida

sendiri dilakukan secara bertahap sebagai berikut.

- Pra-tanam : 1 minggu sebelum tanam/olah terakhir pada tanam pindah.

- Pra-tumbuh : aplikasi khusus untuk sistem tanam benih langsung yang diaplikasikan setelah benih tumbuh.

- Purna-tumbuh : dilakukan saat tanaman berumur 14—21 HSS (hari setelah semai).

Pada sistem tanam benih langsung (tabela), pengaplikasian herbisida dilakukan saat pra-tanam, pra-tumbuh, dan purnatumbuh. Sedangkan pada sistem tanam pindah (tapin) aplikasi herbisida dilakukan pada tahap pra-tanam dan purna-tumbuh saja.

 

3. Pengolahan tanah

Setelah persiapan sarana lahan maka dlakukan pencangkulan dengan kedalaman 20-25 cm. Untuk menghilangkan zat beracun dalam tanah rawa dapat dibuatkan saluran air dengan lebar 30 cm dan kedalaman sekitar 20 cm. Setelah pengolahan tanah, lahan rawa lebak dapat diberi tambahan tanah mineral dan bahan organik agar kesuburannya meningkat.

 

4. Penyemaian

Di samping persiapan lahan dan pengelolaan air, penggunaan varietas benih yang sesuai juga penting dalam tahap penyemaian. Varietas unggul untuk lahan rawa lebak adalah varietas yang toleran terhadap rendaman.

 

5. Penanaman

Pada lahan rawa lebak dangkal, dapat digunakan sistem tabela dengan sistem 202 (setiap lebar 2 m hambur benih, beri selingan lajur seluas 0,2 m). Lajur berguna untuk memudahkan perawatan tanaman selama pertumbuhan dan mengurangi rebah batang menjelang panen.  Jika lahan berair maka penanaman dengan cara tapin (transplanting). Bibit ditanam dengan sistem jajar legowo (jarwo) 4:1. Untuk setiap empat baris tanaman diselingi satubarisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanamantar-barisan. Sistem jajar legowo ini terbukti meningkatkan produksi dan memudahkan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).

 

6. Perawatan Tanaman

Tanah di lahan rawa lebak mempunyai kandungan unsur hara tanah relatif rendah. Oleh karena itu, pemupukan menjadi unsur penting. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR) dengan dosis pupuk sebagai berikut.

  1. Untuk lahan lebak tengahan, pupuk NPK (Nitrogen Phosphorus Kalium / Potassium) 15:15:15 (proporsi kandungan) dengan kuantitas 200 kg/ha, Urea 125 kg/ha.
  2. Sedangkan untuk lahan lebak dangkal, NPK 15:15:15 sebanyak 350 kg/ha, Urea 100 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan cara disebar merata sebelum benih ditanam. Khusus untuk tanah gambut perlu ditambahkan pupuk mikro yang mengandung Cu (tembaga) dan zinc (Zn) agar kandungan asam organik yang beracun menurun.

Pengendalian OPT padi

Hama utama tanaman padi adalah tikus dan penggerek batang. Pengendalian hama dilakukan secara terpadu menggunakan teknologi pengendalian hama terpadu (PHT) melalui penggunaan varietas tahan, penggunaan musuh alami, pergiliran tanaman, dan penggunaan pestisida kimia sebagai alternatif tindakan terakhir. Hama tikus dikendalikan melalui sistem gropyokan, umpan beracun, fumigasi, sistem pagar perangkap, dan bubu.

 

Penggerek batang dikendalikan dengan cara

1) mengumpulkan dan membakar telur pada persemaian,

2) mempertahankan keberadaan serangga pemangsa,

3) pestisida digunakan sebagai pilihan akhir.

 

Penyakit yang banyak menyerang padi di lahan rawa lebak adalah blas dan bakanae (Gibberella fujikurol). Blas dan bakanae juga dapat dikendalikan dengan pendekatan pengendalian terpadu.

 

7. Panen dan Pascapanen

Pada saat panen, dapat digunakan alat-alat seperti combine atau power thresher yang mampu beroperasi di lahan basah. Jika memanen secara manual maka gunakan rakit untuk menempatkan dan mengangkut padi hasil panennya. Sedangkan untuk pengeringan padi dapat menggunakan lantai jemur maupun mesin pengering. Mesin pengering terdiri dari bak tampungan bahan (bed) dengan dimensi 90 cm x 20 cm x 30 cm, mesin diesel 6,5 daya kuda/2.200 rpm (putaran per menit), yang mampu mengeringkan hingga 5 ton/kotak dalam waktu 8-10 jam dengan suhu 40-60°C.

 

 

Penulis : Ely Novrianty (BRMP Lampung)

Sumber  :

Budidaya Padi di Lahan Rawa., 2021. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Kementerian Pertanian

Perspektif Pertanian Lahan Rawa Lebak. BALITTRA., Kementerian Pertanian

 

 

 

Tanggal Artikel Diupload : Jum'at, 27 Jun 2025
Tanggal Cetak : Kamis, 31 Jul 2025

Kementerian Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian
Jl. Harsono RM No.3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Telp/Fax. 021-7804386