Kakao merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan Indonesia yang dapat diolah menjadi produk kakao dan cokelat, yang mengandung antioksidan alami. Biji kakao mengandung senyawa polifenol yang berperan sebagai antioksidan, selain itu polifenol dalam kakao hasilnya dalam bentuk produk bubuk kakao bervariasi dari 3,3 - 6,5 mg/g bubuk kakao. Kandungan total polifenol dalam bubuk kakao lebih tinggi jika dibandingkan dalam anggur maupun teh. Kata Kakao biasanya digunakan untuk menyebut cokelat yang masih mentah dan berupa biji, selain itu juga pohon kakao dapat menghasilkan buah seperti buah pada umumnya yang mempunyai daging buah dan biji, dimana daging pada buah cokelat bisa dimakan dan rasanya asam manis namun, yang diolah menjadi cokelat bukanlah dagingnya melainkan bijinya yang akan dikeringkan dan ditumbuk.
Tanaman kakao dengan nama latinnya Theobroma cacao, adalah pohon tropis yang bijinya digunakan untuk membuat cokelat. Tanaman ini berasal dari hutan hujan tropis di Amerika Tengah dan Selatan, namun kini juga dibudidayakan di berbagai belahan negara tropis. Tanaman kakao biasanya tumbuh sebagai pohon kecil yang mencapai tinggi 4 hingga 8 meter. Daunnya besar, berbentuk elips, dan memiliki warna hijau gelap. Bunga kakao tumbuh langsung di batang dan cabang-cabangnya, dan buahnya, yang disebut polong, memiliki bentuk oval dan berwarna hijau atau merah saat matang. Untuk mendapatkan hasil yang bagus tanaman kakao membutuhkan perawatan yang intensif, termasuk pemangkasan untuk mengontrol pertumbuhan, pemupukan, dan perlindungan dari hama dan penyakit. Tanaman ini juga memerlukan perlindungan dari sinar matahari langsung dan biasanya ditanam di bawah naungan pohon pelindung.
Dalam melaksanakan budidaya tanaman kakao salah satu kunci untuk menjaga kesehatan tanaman dan memastikan produksi biji kakao yang berkualitas dengan menghindari penyakit dan hama yang menyerang pada tanaman kakao tersebut. Biasanya jika terdapat penyakit pada tanaman kakao hal ini, sangat mempengaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut serta hasil kakao yang dibudidayakan. Bila organisme pengganggu ini tidak dikendalikan perkembangan dan penyebarannya maka akan terjadi penurunan hasil produksi kakao dan bahkan akan terjadi gagal panen, yang biasa terkena penyakit dan hama pada tanaman kakao yang sering terjadi yaitu penyakit busuk buah, atau disebut juga sebagai Phytophthora pod rot atau Black Pod Disease, adalah salah satu penyakit utama yang dapat merusak hasil panen kakao secara signifikan. Penyakit ini disebabkan oleh jamur dari genus Phytophthora.
Selain itu penyakit busuk buah kakao ini disebabkan oleh infeksi cendawan Phythoptora palmivora pada buah, dimana cendawan ini telah dikenal sejak tahun 1886 di Indonesia dan menjadi penyakit penting pada tanaman perkebunan. Cendawan Phythoptora palmivora dapat menginfeksi bukan saja pada buah kakao tapi juga pada bagian tanaman kakao lainnya, sepert pada batang, daun, tunas, akar, dan bunga. Kendatipun demikian, dampak negatif serangan pada bagian tanaman lainnya tersebut tidak sebesar jika cendawan ini menginfeksi buah khususnya buah pentil (cherelle) karena dapat menimbulkan kerugian yang cukup berarti, penyakit busuk buah pada tanaman kakao ditandai dengan timbulnya bercak-bercak hitam pada kulit bagian luar buah yang awalnya, bercak akan terlihat kecil dan kemudian akan berkembang ke seluruh permukaan buah, tidak hanya permukaan buah, penyakit busuk buah juga menyerang sampai bagian dalam buah dan membuat buah menjadi hitam. Penyakit ini bisa menurunkan produksi kakao hingga 20-40% dan kerugiannya bisa meningkat sampai 100% di daerah curah hujan dengan kelembapan yang tinggi.
Penyebaran penyakit ini disebabkan karena percikan air dan terbawa oleh semut, tikus, tupai, dan siput. Penyakit dapat bertahan di dalam tanah dengan membentuk klamidospora, serta penyakit berkembang cepat pada kebun yang lembab dan curah hujan tinggi, sedangkan infeksi hanya terjadi kalau permukaan buah terdapat air (air hujan atau embun). Tanaman yang terkena penyakit busuk buah sebaiknya segera diatasi dan diobati untuk mencegah terjadinya penyebaran dan mengurangi dampak kerusakan. Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi tanaman kakao yang sudah terjangkit penyakit busuk buah sebagai berikut:
Sebelum tanaman kakao terjangkit, mulai dari serangan ringan sampai serangan berat, sebaiknya melakukan pemantauan secara rutin untuk mengetahui gejala awal penyakit busuk buah kakao. Pemantauan bisa dilakukan sejak sebelum muncul buah sampai masa panen buah kakao. Amati batang tanaman kakao apakah terdapat gejala jamur Phytophthora. Selain itu, penting juga untuk melakukan pemantauan terhadap buah kakao dan menghitung seberapa banyak buah kakao yang terserang penyakit.
Petani yang membudidayakan tanaman kakao juga dapat mengkonsultasikan temuan pada saat proses pemantauan dengan ahli agronomi atau ahli patologi untuk memberikan saran dan rekomendasi terhadap pengendalian penyakit busuk buah. Perlu diingat bahwa pengendalian penyakit busuk buah dengan menggunakan fungisida kimia adalah upaya terakhir yang bisa dilakukan, untuk itu lakukan pencegahan secara intensif dan menerapkan prinsip Pengolahan Hama Terpadu (PHT).Dengan menerapkan pendekatan terpadu yang mencakup sanitasi, pengendalian kimia, teknik budidaya yang baik, dan pemilihan varietas yang tahan penyakit, maka petani dapat memperkecil penyakit busuk buah pada tanaman kakao secara lebih efektif dan meningkatkan kesehatan serta hasil panen pada tanaman kakao.
(NS, Penyuluh Ahli Muda)
REDAKSI
Tentang KamiKontak