Lateks merupakan bahan baku hasil karet yang merupakan salah satu sumber devisa non migas yang dapat diandalkan. Dimana luas lahan karet Indonesia mencapai 3,82 juta ha pada tahun 2023 dan Indonesia merupakan negara produsen kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Namun produksi karet Indonesia belum maksimal, hal ini dikarenakan sebagaian besar tanaman karet dikelola oleh rakyat dengan penerapan teknik budidaya yang belum optimal khususnya pada proses penyadapan.
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh produksi yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatikan faktor kesehatan tanaman.
Penyadapan dianjurkan dimulai saat turgor masih tinggi, yaitu pada saat matahari belum tinggi. Pada tanaman muda, penyadapan umumnya telah dimulai pada umur 5-6 tahun, tergantung pada kesuburan pertumbuhannya. Penyadapan pada tanaman muda, sebelum sadapan rutin berjalan, terlebih dahulu dilakukan bukaan sadapan yang merupakan saat-saat pertama dimulainya penyadapan pada tanaman yang telah memenuhi syarat untuk disadap.
Teknik penyadapan karet sangat berkaitan erat dengan tingkat produksi lateks yang dihasilkan, bahkan sangat menentukan umur ekonomis tanaman. Meskipun produksi lateks sangat dipengaruhi oleh jenis klon dan umur tanaman, sistem sadap dan kebersihan lahan, musim, kebersihan dan cara operasional alat yang digunakan dan bahan kimia yang digunakan. Namum agar produksi lateks dapat meningkat khususnya pada tanaman karet yang berumur diatas 10 tahun, maka penggunaan teknokogi inovasi stimulan akan dapat meningkatkan produksi lateks tanaman karet dan memperpanjang masa pengaliran lateks.
Stimulan adalah pemanfaatan bahan aktif perangsang dengan cara oles pada bidang sadap yang dapat mempercepat aliran lateks. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan stimulan lateks antara lain : peningkatan produksi, penghematan penggunaan kulit, dan penghematan biaya penyadapan.
Stimulan yang biasa digunakan adalah stimulan kimiawi ethepon. Akan tetapi penggunaan stimulan kimiawi yang berlebihan dapat mengakibatkan penyimpangan proses metabolisme seperti penebalan kulit batang, nekrosis, terbentuknya retakan pada kulit batang dan timbulnya bagian yang tidak produktif pada irisan sadap serta dapat menghambat aliran lateks yang menyebabkan kering alur sadap (KAS). Untuk itu perlu dikembangkan formula stimulan dengan bahan aktif yang ramah dan tidak berdampak buruk terhadap kondisi fisiologis tanaman karet yang berasal dari buah klimaterik yaitu buah apel, pisang, papaya, mangga dan manggis.
Untuk mencapai hasil yang diinginkan maka pemberian stimulan lateks harus memperhatikan beberapa faktor antara lain, tanaman yang akan diaplikasikan stimulan harus memenuhi persyaratan teknis seperti umur tanaman yang sesuai untuk diberikan stimulan, kondisi tanaman dan sistem sadap harus baik, dan aplikasi stimulan harus sesuai dosis yang tepat. Selain itu teknik aplikasi stimulan juga penting untuk diterapkan dengan benar.
Stimulan dapat diaplikasikan dengan 2 cara yaitu cara groove application yaitu teknik aplikasi yang paling tepat diterapkan untuk bidang sadap bawah. Dalam teknik ini stimulant diteteskan tepat di alur sadap. Sedangkan teknik lainnya yaitu scrapping application yaitu teknik aplikasi yang diterapkan untuk bidang sadap atas kulit. Dalam teknik ini kulit yang hendak disadap dikeruk tipis beberapa centimeter, setelah itu stimulant dioleskan menggunakan kuas atau sabut kelapa.
Mugi Lestari (PP BPPSDMP Kementan)
Sumber :
Yori Sulistia, Wulan Kurnia Sari dan Warnita, 2020. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Manggis Sebagai Stimulan Lateks Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg). Jurnal Riset Perkebunan Vol 1 (1) September 2020.
Ingrid Ovie Yosephine dan Guntoro, 2019. Pengaruh Aplikasi Stimulan Terhadap Hasil Produksi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg) Di PT. Socfin Kebun Tanah Besih. Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh. Jurnal Agrium Vol 16 (2) 2019. https://ojs.unimal.ac.id/agrium/article/view/1936
REDAKSI
Tentang KamiKontak