[JAKARTA] Menteri Pertanian, Amran Sulaiman menekankan pentingnya memperkuat penganekaragaman pangan berdasarkan kearifan lokal di seluruh Indonesia, selain beras, masih banyak makanan pokok lain yang dikonsumsi oleh masyarakat di berbagai daerah.
Mentan menjelaskan, diversifikasi pangan merupakan bagian dari upaya memenuhi kebutuhan pangan rakyat. Pasalnya, masyarakat tertentu bukan konsumen beras, karena itu pangan lokal mereka juga perlu ditingkatkan produksinya agar kebutuhan pangan mereka juga terpenuhi. Penganekaragaman pangan akan dilakukan dengan melihat potensi masing-masing daerah.
"Pemetaannya kita melihat wilayah. Misalnya kalau Sulsel itu sagu, perbatasan Riau juga sagu. Kalau di Papua itu umbi-umbian. Jadi kita kembangkan berdasarkan keungulan komparatif dan budaya masyarakat setempat," jelasnya.
Senada dengan hal itu, Kepala BPPSDMP. Idha Widi Arsanti mengatakan sagu tidak hanya menjadi salah satu sumber pangan pokok, tetapi juga berfungsi sebagai komoditas strategis yang mendukung ketahanan pangan, ekonomi, dan budaya Indonesia. Untuk memastikan keberlanjutan dan optimalisasi manfaat sagu.
“Peningkatan Kapasitas Petani Sagu dapat dilakukan melalui penguatan pelatihan dan teknologi, memberikan pelatihan kepada petani sagu mengenai teknologi pengolahan modern, seperti teknik pemanenan, pemarutan, dan ekstraksi pati yang efisien, mendorong pembentukan koperasi petani sagu sebagai wadah berbagi ilmu, alat, dan akses pasar, pemberdayaan tradisilokal, mengintegrasikan pengetahuan tradisional tentang sagu dengan teknologi modern untuk menjaga keberlanjutan dan nilai budaya”. ujarnya.
Pada agenda Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 42 yang dilaksanakan selasa (10/12/2024) menghadirkan narasumber Iswadi, Penyuluh Pertanian Kota Palopo Sulawesi Selatan, yang mengatakan sagu adalah sumber pangan tradisional penting di timur Indonesia. Sejak dulu, sagu menjadi makanan pokok di Maluku, Papua, dan Sulawesi. Kandungan karbohidratnya tinggi, memberi energi yang cukup. Sagu juga tahan lama, cocok sebagai cadangan pangan. Karenanya, sagu berperan penting dalam ketahanan pangan di daerah-daerah tersebut.
“Namun, sagu mulai ditinggalkan karena perubahan pola makan. Makanan berbasis terigu dan nasi menggantikan sagu, terutama di kalangan muda. Dampaknya, produksi sagu menurun dan lahan sagu dialihfungsikan. Hal ini mengancam kelestarian tanaman sagu dan tradisi lokal. Kondisi ini perlu segera diatasi agar sagu tidak hilang”.ujar Iswadi
Menambahkan Iswadi Rizal, Ketua Petani Kelompok Tani Mekar Jaya, mengatakan Sagu punya potensi besar sebagai komoditas pangan alternatif, tanaman sagu tahan kondisi tanah buruk dan lahan tergenang, dan juga sagu juga tidak butuh banyak pupuk atau pestisida, berbeda dengan padi.
“Tanaman sagu bisa dipanen sepanjang tahun, menjadikannya solusi ketersediaan pangan, Potensi ini seharusnya membuat sagu lebih diperhatikan dalam pertanian. Keunggulan sagu lainnya adalah fleksibilitas pengolahan”. jelasnya.
Selain itu, sagu juga bisa diolah jadi tepung, yang bisa dibuat papeda, kue, atau mi. Produk olahan sagu juga cocok bagi mereka yang alergi gluten. Inovasi pengolahan bisa meningkatkan nilai tambah sagu di pasar. Ini menunjukkan potensi sagu dalam industri pangan, Iswadi menambahkan.-hevymay-
REDAKSI
Tentang KamiKontak