[JAKARTA} Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyampaikan harapannya agar Indonesia dapat mencapai swasembada pangan, khususnya padi dan jagung, dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
“Kita juga harus mampu menekan impor dan perkuat beberapa komoditas pertanian lainnya termasuk komoditas perkebunan untuk dapat diekspor sehingga menambah devisa bagi negara.” ujar Mentan Amran.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya mengurangi impor dan memperkuat beberapa komoditas pertanian, termasuk komoditas perkebunan, untuk meningkatkan ekspor dan kontribusi devisa bagi negara.
Senada dengan hal tersebut, Kepala BPPSDMP Idha Widiarsanti mengatakan bahwa Seiring dengan perkembangan sektor pertanian, subsektor perkebunan memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional.
“Perkebunan tidak hanya berkontribusi terhadap ekspor dan ketahanan pangan, tetapi juga dalam penciptaan lapangan kerja serta kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan sektor perkebunan harus dirancang secara komprehensif untuk menjawab berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada”.ujarnya.
Sementara itu agenda Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) volume 08 dilaksanakan jumat (28/02/2024) bertemakan Kebijakan Pembangunan Sektor Perkebunan Tantangan dan Peluang Bagi Penyuluh Pertanian, menghadirkan narasumber Agnes perwakilan Ditjen Perkebunan mengatakan total nilai ekspor nasional mencapai Rp 3.438,4 Triliun, dengan kontribusi dari sektor Non Pertanian sebesar 86,30% dan Pertanian sebesar 13,70%, di mana 92,96% berasal dari perkebunan.
“Berdasarkan Evaluasi Produksi Akhir Giling Tahun 2024 bahwa luas areal yang dipanen yaitu 520,823 Ha dengan hasil produksi tebu sebesar 33,216,612 ton dan rendemen 7,42%, sehingga diperoleh hasil gula kristal putih (GKP) sebanyak 2.456.514 ton”. Ujarnya.
Selanjutnya Agnesmengatakan berdasarkan hasil tahun 2024 menunjukkan bahwa luas areal mengalami peningkatan sebesar 3,18%, dan rendemen sebesar 1,47% dibandingkan tahun 2023. Namun produksi tebu mengalami peningkatan sebesar 6,99% dari tahun 2023 serta produksi gula meningakt sebesar 8,56%. Hal ini terjadi dikarenakan tahun ini mengalami anomali El Nino medium Dimana kemarau yang terjadi masih kemarau basah.
“Komposisi tanaman Ratoon masih diatas 75%, sehingga diperlukan upaya bongkar ratoon untuk memperbaiki komposisi tanaman dan meningkatkan produktivitas tebu. Perlu diperhatikan mengenai realiasi impor yang sudah terealisasi dibandingkan dengan semua PI yang telah terbit.”imbuhnya.hvy
REDAKSI
Tentang KamiKontak