Materi Lokalita
RIAU > KABUPATEN BENGKALIS > BUKIT BATU

Pengukuran Hasil Panen Padi Kecamatan Bukit Batu

Rabu, 09 Apr 2025
Sumber Gambar : Arsip BPP Bukit Batu

UPT Balai Penyuluhan Pertanian (UPT-BPP), Kecamatan Bukit Batu mengadakan pengukuran hasil panen padi masa tanam (MT) Tahun 2024-2025, biasa disebut ubinan padi. Ubinan merupakan pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui produktvitas (hasil per hektar) tanaman. Bila dibutuhkan, ubinan juga mencakup data pendukung lainya seperti data lahan, jenis dan banyaknya benih, cara penanaman, penanggulangan organisme pengganggu tanaman (OPT), penggunaan pupuk dan pestisida, teknik pemanenan, serta informasi kualitatif lainnya terkait dengan produktivitas.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari UPT-BPP Kecamatan Bukit Batu mengadakan ubinan pada Tanggal 14 Januari 2025. Pengambilan data guna menghitung tingkat produktivitas padi di Sawah Desa Sukajadi dan Desa Bukit Batu. Kegiatan tersebut bertajuk “Pengambilan data ubinan penangkar padi, di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis”. Adapun jenis padi yang diubin berasal dari berbagai varietas yang ditanam di kedua desa lokasi pengukuran.

Kegiatan ubinan berlangsung pada pukul 10:00 WIB mengambil tempat di Lahan Pertanian Padi Desa Bukit Batu. Berkenan hadir pada kegiatan tersebut, Kepala UPT-BPP Kecamatan Bukit Batu, PPL Desa Bukit Batu dan Penyuluh Pertanian Desa Sukajadi, POPT dan penyuluh lainnya. Ikut berpartisipasi dalam pengambilan data ubinan yaitu Ketua Gapoktan, Ketua, Pengurus serta Anggota Kelompok Tani.

Produksi tanaman padi diperoleh dengan cara mengkalikan luas panen dengan produktivitas. Luas panen diperoleh dari pengumpulan data yang dilakukan oleh penyuluh pertanian lapangan sedangkan produktivitas diperoleh dari rata rata hasil ubinan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian. Pada petak sawah, dipilih satu plot berukuran 2,5 m x 2,5 m. Pada plot tersebut dilakukan kegiatan ubinan padi. Pengarah pelaksanaan pengukuran tersebut ialah Penyuluh Pertanian Andy Simarmata, SP dan Asrol Fahmi, A.Md.

Menurut petani yang ditemui di lahan sawah saat pengambilan data, kendala budidaya tahun ini salah satunya curah hujan yang tidak menentu. Menurutnya, apabila dahulu setiap tahun dibagi atas dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pengamatannya sendiri menyimpulkan bahwa terjadi pergeseran waktu turun hujan, tidak lagi teratur dan bisa ditentukan dengan pasti. Padahal tanaman padi sangat bergantung pada pola curah hujan yang stabil. Kelebihan atau kekurangan air bisa mempengaruhi hasil panen. Begitu pula dengan musim kemarau yang bisa berlangsung sangat panjang. Akibatnya peningkatan suhu yang lebih tinggi bisa menyebabkan padi lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit serta menurunkan produktivitas.

“Kendala tersebut tidak mematahkan semangat kami, Gapoktan senantiasa merespon perubahan iklim dengan penyesuaian teknologi pertanian. Pendampingan pemerintah melalui penyuluh pertanian sangat membantu dalam hal tersebut.” Tutupnya.

Copyright © cybext.pertanian.go.id
rss twitter facebook